Rabu, 08 Oktober 2008

Genjer-Genjer...




Luweng Grubug, lubang buaya mempesona untuk korban PKI (HarianJogja/END)

Dapur penulis..



selamat hari raya idul fitri..

mohon maaf lahir dan batin..


halo teman-teman ku,

Maaf beberapa bulan ini endroguntoro.blogspot sengaja tidak diperbarui dengan informasi baru karena adanya padat agenda yang memeras tenaga dan waktu untuk lebih konsentrasi. HarianJogja (HarJO) atau http://www.harianjogja.com/ menjadi salah satu alternatif teman-teman untuk bisa selalu mendapoatkan kabar terbaru anda.

Minggu, 01 Juni 2008

Entahlah

Entah mengapa
aku tak berdaya
waktu kau bisikan jangan aku kau tinggalkan

tak tahu dimana
ada getar terasa
waktu kau katakan ku butuh dekat denganmu

Seperti biasa
aku diam tak bicara
hanya mampu pandangi
bibir tipismu yg menari..

tak sanggup ku berjanji
hanya mampu katakan
aku cinta kau saat ini
entah esok hari
entah lusa nanti
..entah...

(rilis Virgiawan Listanto for u)


Dekatkan anak-anak dengan alam ...



melalui lomba lukis, murid TK se Gunungkidul diberikan ruang anak untuk bercerita tentang alam dan sekitranya. Selain acara ini digelar Diknas Gunungkidul sebagai pendidikan yang mendekatkan naka dengan alam dan lingkungan, lomba juga di gelar untuk mencari bibit siswa berprestasi untuk majuke tingkat propinsi dan nasional. (Harian Jogja/Endro Guntoro)

Diknas Cari Bibit Murid Prestasi


Oleh Endro Guntoro

HARIAN JOGJA

WONOSARI – Dinas Pendidikan Kabupaten Gunungkidul terus melakukan upaya untuk mencari sejumlah bibit siswa yang berpotensi untuk ajukan maju ke tingkat Propinsi dan Nasional. Upaya itu terlihat dengan diselenggarakan beberapa perlombaan antar sekolah untuk tingkat SD dan TK se Gunungkidul.

Selain mencari bibit untuk menjadi duta Gunungkidulmaju di tingkat Propinsi dan Nasional, kegiatan melalui Porseni ini dilangsungkan dibeberapa tempat terpisah baik di komplek Gedung Kesenian Gunungkidul dan di gedung SD Wonosari VI.

Sri Andarai selaku Kasi kurikulum SD dan TK mengatarkan ada dua macam kegiatan untuk mencari bibit siswa prestasi. Pertama Festival kompetensi dan kreativitas untuk tingkat SD dan TK yang di gelar di SD Winosari VI, Sabtu (31/5) kemarin.

Kegiatan ini rutin digelar tahunan yang digelar direktorat pembinaan SD dan TK yang nanti akan dipilih untuk maju dari siswa daerah yang terpilih,” imbuh Andari kepada Harian Jogja.

Menurut Andari, selain lomba melukis untuk siswa TK, juga dilaksanakan untuk tingkat SD berupa lomb akerajinan tangan, Specta baca puisi dan untuk kepela sekolah TK lomba membuat cerita bergambar.

Kegiatan serupa juga berlangsung di kompek Kantor Diknas Gunungkidul Jl Pemuda atau tepatnya di pendapa pramukan utara gedung kesenian. Puluhan peserta lomba lukis antar TK se Gunungkidul dilaksanakan sebagai kegiatan porseni.

72 murid TK dari 18 kecamatan di Gunungkidul nampak antusias mengikuti lomba lukis tentang alam dan keindahan. Nampak beberapa peserta serius melukis dengan crayon dan sekali ada peserat yang mengis minta untuk di tunggu orangtuanya yang sebenarnay dilarang masuk area lomba lukis.

Karangtaruna Belum Wadai Anak Muda

Pengurus Karangtaruna Kabupaten Dilantik

Oleh Endro Guntoro

HARIAN JOGJA

WONOSARI – Pelantikan pengurus Karangtaruna Kabupaten Gunungkidul untuk masa bakti 2008-2013 memicu kekecewaan sejumlah kalangan masyarakat. Formasi kepengurusan baru dinilai tidak memberi posri dan kesempatan anak muda di Gunungkidul.

Bekti Wibowo Suptinarso selaku directur Lembaga Kajian dan Studi Sosial (LKdS) Gunungkidul mengaku kurang puas dengan formasi didalam Kepengurusan Karangtaruna Gunungkidul. “Bagaimana aturannya saya tidak tahu persis. Namun dari namanya saja harusnya itu porsi untuk anak muda bukan justru ditempatkan bukan anak muda di dalam strukturalnya,” kata Bekti dikonfirmasi Harian Jogja, Minggu (1/6) kemarin.

Penilaian serupa juga dinyatakan Ir. Imam Taufik politisi sekaligus anggota dewan. Menurut Taufik, Karangtaruna dibantun diatas pondasi dan nama anak muda. Untuk itu harusnya ada porsi bagi anak muda untuk duduk disana. “Apalagi orde saat ini ordenya anak muda yang harus didorong untuk partisipatif dalam segala bidang pembangunan bangsa dan negara. Kalau karangtaruna tidak melibatkan anak muda tidak komitmen dengan upaya mewujudkan cita-cita itu,” tegas Imam Taufik kepada Harian Jogja.

Kekecewaan itu tidak jauh berbeda dengan yang dialami aktivis Karangtaruna di tingkat pedukuhan. Melihat komposisi kepengurusan tingkat Kabupaten yang baru saja dilantik, Rosyid pengurus karangtaruna dusun Kepek I menilai penempatan pengurus Karangtaruna masih belum memuaskan. “Saja juga heran nama taruna yangberarti pemuda selalu menjadi bemper tanpa memberi kesempatan langsung kepada anak muda,” kata Rosyid yang menjabat pengurus karangtaruna di padukuhan Kepek I.

Salmon directur Center For Social Studies (CSDS) menilai sejak beberapa dekade karangtaruna tingkat kabupaten hanya dilahirkan bukan dari selektifnya kiprah dan aktivitas generasi muda ditengah masyarakat. “Pengamatan saya hanya jawilan dan berdasar koncoisme (pertemanan) saja.

Menilai struktural yang dipampang dalam kepengurusan baru ini, Salmon menilai pembentukan pengurus karangtaruna sudah gagal dan tidak memberi pencerahan bagi tuntutan jaman yang mestinya syarat dengan pembaharuan. “Ini semua muka lama jadi saja pesimis karangtaruna bisa membawa karangtaruna tingkat desa dan kecamatan bisa eksis,” sentil Salmon. Pihaknya menilai penting ada suatu perubahan diintern pengurus Karangtaruna yang terkesan menjadi corong tanpa menciptakan transparansi.

Pelantikan pengurus Karangtaruna tingkat Kabupaten itu sendiri dilangsungkan di Balai Desa Kepek Kecamatn Wonosari, Sabtu (31/5) kemarin. Karangtaruna Kabupaten terpilih untuk masa bakti 2008-2013 diketuai Agus Priyanto SH MM ini dilantik WakilBupati Hj Badingah.

Dalam sambutannya, ketua Karangtaruna Kabupaten Gunungkidul terpilih Agus Priyanto SH berjanji akan membawa Karang Taruna Gunungkidul sesuai dengan harapan masyarakat. ”Berbagai kegiatan akan kami fokuskan pada upaya pemberdayaan dibidang manajemen organisasi, usaha ekonomi produktif dan pelayanan kesejahteraan sosial,” kata Agus. Meskipun begitu, sebagai organisasi sosial yang menjadi wadah pengembangan generasi muda didesa selama ini telah melakukan berbagai kegiatan sebagai upaya untuk ikut menanggulangi masalah kesejahteraan sosial, terutama yang dihadapi generasi muda dilingkungan tengah masyarakat.

Alam kesempatan itu, Wakil Bupati Gunungkidul Hj Badingah menegaskan posisi karangtaruna harus terlepas kepentingan politik praktis. ”Tetapi sebagai wadah pembinaan, Karang Taruna harus mampu menanggulangi berbagai masalah yang kini dihadapi generasi muda dengan berbagai kegiatan diantaranya rekreatif, edukatif, produktif dan pelayanan sosial,” kata Badingah.

Ditambahkan Badingah tugas Karangtaruna tidak mudah mengingat sebagian harapan dan cita-cita bangsa ditaruhkan pada pundak dan semangat Karangtaruna sebagai pembina generasi muda. Sekedar diketahui formasi pengurus karangtaruna yangs empat dinilai mengecekan tersebtu dijabat Agus Priyanto SH MM sebagai ketua umum. Wakil ketua dijabat Heri Kriswanto, Sugeng Wibowo, Aris Suyanto dan Irfan Ratnadi.

Untuk posisi sekretaris dipercayakan Tri Harto dengan dua wakil Wakidi dan Shidik Purnomo Adi. Untuk bendahara dijabat Suyono dan Fransisca Romana sebagai wakilnya yang dilengkapi beberapa seksi dalam bekerja.





Curi dandang Nyaris Dimassa

WONOSARI – Petualangan Suyanto (42) warga Ngeposari Kecamatan Semanu menggeluti dunia kriminal harus berakhir ditangan warga Kepek I Desa Kepek Kecamatan Wonosari Gunungkidul, Minggu (1/6) siang kemarin. Berpura-pura menjadi tukang rongsok, Suyanto mencuri dandang (alat menanak nasi) dirumah warga setempat. Namun belum sempat menikmati hasil curiannya warga berhasil menangkap pelaku.

Suyanto hanyabisa menunduk penuh sesal setelah warga Kepek I mengepung berbagai penjuru arah dan berhasil menangkap Suyanto yang berusaha kabur melarikan diri dengan membawa barang curian dari rumah korban bernama Ny.Rawan. Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya Suyanto digelandang petugas buser Reskrim Polres Gunungkidul setelah selamat dari amuk masa.

Saya menyesal melakukan perbuatan itu. Saya bersalah, saya menanggung malu,” kata Suyanto disela pemeriksaan di Polres Gunungkidul, Minggu (1/6) siang kemarin.

Suyanto mengaku perbuatan nyiri dandang tersebut terpaksa dilakukan karena dirinya karena terdesak kebutuhan hidup keluarganya. “Mau bagaimana lagi, banyak kebutuhan keluarga dan saya tidak punya pekerjaan tetap yang menghasilkan uang,” imbuh pelaku kepada penyidik.

Sumber Harian Jogja menyebutkan, aksi nekat Suyanto ini memicu kecurigaan warka Kepek I. Saat beraksi, korban mengetahui pelaku masuk pekarangan rumah dan mengambil dandang. Karena diyakini telah mencuri pelakulangsung di kuntit dan diteriaki maling.

Mendengar teriakan maling, bukan malah menyerah. Suyanto justru kabur dengan tetap membawa dandang curiannya. Kabar yang langsung menyebar membuat warga bergerak dari banyak penjuru arah dan menangkap Suyanto yang berusaha mencebur kali kedung. “Kami langsung menangkap pelaku. Awalnyamengelak namun akhirnya mengaku telah berbuat salah. Selanjutnya kami serahkan petuGAS, “ kata Noor Taat saksi kejadian memaparkan kepada Harian Jogja.

Kanit Buser Reskrim, Iptu Rahmadewanto SH membenarkan kejain tersebut. Kinipelaku sudah disidik dan mengakui perbuatannya. “Pelaku sudah kitatahan dan barang bukti sudah kita amankan,” kata Rachmadewanto. Pelaku diancam pasal 362 tentang tindak pencurian. (HARIAN JOGJA/END)




Belum dapat anggaran PPK Dilantik




6 kandidat panwaskab dikirim Panwas Propinsi

Oleh Endro Guntoro

HARIAN JOGJA

WONOSARI : Meskipun belum ada kepastian anggaran operasional, sebanyak 90 orang anggota terpilih Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) di Kabupaten Gunungkidul, resmi dilantik.

Pelantikan 90 anggota PPK untuk 18 kecamatan di Gunungkidul dilaksanakan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Gunungkidul di Gedung DPRD Gunungkidul, Sabtu (31/5) kemarin.

Dihadapan Pemkab Gunungkidul, Kapolsek, tamu undangan dan pemuka agama, 90 orang terdiri dari masing-masing 5 orang perwakilan dari tokoh masyarakat diambil sumpah dan janji oleh Ketua KPUD Gunungkidul Djoko Sarjono.

Dalam sambutannya, Djoko Sardjono selaku ketua KPUD Gunungkidul berharap kepada anggota PPK terpilih tetap bersemangat untuk turut mesukseskan pemilihan umum yang akan berlangsung tahun depan. “Kami mengajak saudara-sauadara untuk bekerja secara tulus iklas sebagai penyelenggara pemilu yang bertanggungjawab dimasing-masing tingkat kecamatan,” kata Djoko.

Lebihjauh Djoko menyampaikan bahwa sampai hari ini pihaknya belum mengetahui honor atau anggaran operasional baik untuk tingkat KPUD, PPK, sampai KPPS termasuk panwas. “Meski sampai saat ini saya pun belum mengetahui kepastian anggaran, tentu pembentukan PPK tetap harus berjalan sebagai cerminan semangat kita harus berkobar demilancarnya menyelenggaran pemilu,” tambah Djoko disambut tepuk tangan peserta dan tamu undangan.

Dalam kesempatan itu, pemkab Gunungkidul melalui wakil bupati Hj Badingah menegaskan bahwa tugas dan peran PPK sebagai penyelenggara pemilihan di tingkat kecamatan patut diapresiasi. “Tugas PPK ini berat dan menuntut ketelitian di setiap tugas, baik pelaksanaan maupun rekap jumlah suara. Untuk itu kami mengajak PPK untuk menyiapkan potensi anggota PPK sejak dini,” kata Badingah.

Sementara itu, Bekti Wibowo Suptinarso anggota KPUD Gunungkidul menkan pelantikan PPK dilakukan sebagaimana mekanisme dan prosedur yang mengatur KPUD harus membentuk PPK di 18 kecamatan dan melakukan seleksi untuk anggota Panwaskab yang telah terpilih enam orang untuk selanjutnya akan ditentukan tiga anggota untuk Panwaskab oleh Panwaslu Propinsi DIY.

'Tes tertulis sudah kita lakukan dan terpilih enam nama calon yang selanjutnya kita kirim ke Panwas Propinsi yang berwenang menentukan tiga anggota panwaskab,” kata Bekti yang juga menjabat Pokja Seleksa calon Panwaskab Gunungkidul.

Enam nama kandidat yang diajukan ke Panwas Propinsi untuk dipilih tiga diantaranya, Achid Nurhayanto, Buchari Ichsan, Martono, Suwarto, Sumadi dan Suprapto.


Goa Maria Tritis di Bulu Giring Paliyan
makin mengundang perhatian umat katoli
(endroguntoro)

Elisabet Ria Noventi tengah berdoa didepan patung bunda Maria
(foto EndroGuntoro/Harian Jogja)

Sebulan Peringatan Bulan Maria



Goa Maria Tritis Dikunjungi 25 Ribu Umat Katolik

Oleh Endro Guntoro

HARIAN JOGJA

PALIYAN – Selama satu bulan penuh pada Mei 2008 kemarin Goa Maria Tritis yang terletak di dusun Bulu, desa Giring kecamatan Paliyan Gunungkidul dikunjungi sekitar 25 umat katolik untuk memperingati bulan maria.

Sebagai acara penutupan bulan penghormatan umat katholik terhadap bunda Maria, Sabtu (31/5) lalu, diselenggaran misa kebaktian yang diikuti sekitar 1000 umat yang dibagi menjadi dua kali perayaan ekaresti misa.

Agenda penutupan bulan maria di Goa Tritis dilakukan dua kali misa ekaresti agar semua umat yang datang dari luar kota bisa mengikuti,” kata Theresia Kusumaningsih seksi liturgi dewan Paroki Geriaj Santo Petrus Kanisuis Wonosari kepada Harian Jogja, kemarin.

Menurut Kusumaningsing untuk misa penutupan bulan maria dipimpin Romo Ign. Slamet Riyono Pr dari Paroki Nanggulan Kulonprogo dengan pesan misa mengajak umat katholik secara khusus melibatkan satu dengan yang lain sehingga tercipta suatu sikap silidatitas yang nyata ditengah hidup bermasyarakat. “Secara khusus kami mengajak umat untuk mendoakan agar kongres keuskupan Agung Semarang yang sebentar lagi akan diselenggarakan pertama kalinya berjalan dengan lancar,” tandas Khusumaningsih.

Misa yang dipandu SMA Dominikus Wonosari sebagai paduan suara dan tata laksana misa sejumlah umat dari berbagai kota, Bandung Jawa Barat, Kelaurga Mahasiswa Katolik se Surabaya, KMK Fisipol UGM Yogyakarta, lingkungan Paroki Pangkalan Adisutjipto, Paroki Bintaran, remaja dan anak muda dari siswa SD Kanisuis dan SMP Kanisus Wonosari.

Terpisah, Elisabet Ria Novienti salah satu staf pengajar SMP Kanisuis Wonosari mengaku secara khusus mengajak siswanya untuk mengikuti ekaresti di Goa Maria Tritis. ”Selain menjadi kegiatan sekolah, anak-anak mengaku senang bisa beribadah yang berhadapan langsung dengan alam seeprti ini,”kata guru yang disapa bu Ria ditemui Harian Jogja.

Maria Yunita ketua rombongan Keluarga Mahasiswa Katolik se Surabaya mengaku tertarik dengan keasrian Goa Maria Tritis di Paroki Wonosari ini. “Saya baru sekali ini mengikuti ziarah di goa maria yang benar-benar ditengah alam yang sangat indah ini. Rasanya makin didekatkan dengan keagungan alam ciptaan Tuhan,” Maria Yunita.

Sekedar diketahui, Goa Maria Tritis ini terletak di padukuhan Bulu, desa Giring kecamatan Paliyan Gunungkidul sekitar 17 kilometer arah selatan dari pusat ibukota Kabupaten, Wonosari atau sekitar 7 kilometer ke arah utara dari pantai Baron.

Karena Goa Tritis asri ini setiap bulan Mei dan Oktober menyedot perhatian umat Katolik dari luar kota seperti Malang, Surabaya, Jakarta bahkan Jateng. Sebelum resmi dikelola Paroki Wonosari sebagai tempat ibadah, goa sepi dan dikenal angker ini sempat menjadi tempat pertapaan atau tempat semedi yang pernah dipercayai sebagi tempat turunnya wahyu keraton mataram.

Pada Tahun 1974 goa ini ditemukan seorang siswi SD Sanjaya Giring yang dilaporkan kepada Romo (pastor) Al.Hardjosudarmo SJ yang saat itu kebingungan mencari tempat untuk merayakan hari natal. Oleh biarawan ordo Sarikat Jesus dan umat katolik setempat akhirnya goa digunakan untuk tempat ibadah sehingga kesan angker dan menakutkan lambat laun luntur dan terus dikunjungi umat untuk beribadah di bulan mei dan Oktober.

Muali Romo Paroki Zahnweh SJ (1977) hingga Romo Paroki L Sutarno SJ (1991) terus berupaya melakukan pembangunan akses jalan menuju mulut goa dengan melibatkan warag setempat. Kini jalur jalan salib yang bisa digunkana untuk mengenang kesengsaraan yesus menjelang kematian juga dibuat asri melalui medan jalan melintasi gunung dan perbukitan.

Goa yang juga menajdi taman lourdesnya Paroki Wonosari ini nampak masih asri dengan tetesan air dari langit-langit goa yang mengandung air kapur dan memunculkan stalaktit dan stalagmit yang memberi daya tarik tersendiri.






Salah satu kasus bunuh diri di Patuk Gunungkidul tahun 2007 lalu
Foto : Dok.Polsek Patuk //Repro EndroGuntoro (HARIAN jOGJA)

Gantung diri Perlu Upaya Riil Semua Pihak

Kenaikan BBM dan Kekeringan Peluang Menambah Angka Gantung Diri

Oleh Endro Guntoro
HARIAN JOGJA
WONOSARI : Selain krisis air, kasus bunuh diri menjadi salah satu cirri khas yang dimiliki Kabupaten Gunungkidul. Dari tahun ke tahun kasus gantung diri di Gunungkidul tidak semakin berkurang. Untuk itulah upaya real dibutuhkan semua pihak untuk menyikapai tingginya angka bunuh diri di Gunungkidul ini.
Hal itu ditegaskan Directur Lembaga Kajian dan Studi Sosial bekti Wibowo Suptinarso dalam kesempatan ditemui Harain Jogja, beberapa waktu lalu. Menurut Bekti, tingginya angka gantung diri di Gunungkidul bukan saja menjadi tanggungjawab pihak kepolisian saja namun semua pihak dibutuhkan peran aktif untuk menyikapai kenyataan tersebut.
“Semua organisasi belum dilibatkan secara intensif dalam mesikapi tingginya kasus gantung diri dan bunuh diri di Gunungkidul,” kata Bekti ditemua di Kantornya di Lingkar utara Piyaman Wonosari. Pemerintah Gunungkidul, lanjut Bekti masih terkesan tidak menjadi perhatian serius sebagaimana bila terdapat kasus lain yang juga peluang menunjukkan angka tinggi, seperti kasus yangmenyangkut isu kesehatan.
Lebih jauh, Bekti menilai kendati indikasi kuat aksi gantung diri selalu disebut-sebut dilator belakangi mental putus asa pelaku baik dalam menghadapi masalah ekonomi (utang piutang) dan kesehatan (sakit menahun) namun gantung diri perlu menjadi komitmen bersama untuk segera di kendalikan.
“Paling tidak harus dicari penyebabnya. Karena jelas disini ada akar masalahnya sehingga muncul pikiran untuk mengambil keputusan bunuh diri,”imbuhnya.
Padahal, Bekti mengamati ada banyak elemen organisasi pemerintah yang bias digandeng seperti dikalangan anak sekolah melalui organisasi OSIS dan kegiatan kelompok kegiatan ekstra sekolah, Karangtaruna yang ada sampai di tingkat padukuhan, kelompok tani, PKK, bahkan Kelompok Informasi Masyarakat. Organisasi tersebtu bisa diajak sebagai relawan social untuk dikonsentrasikan sebagai pioneer dalam menekan tinginya bunuh diri di Gunungkidul.
“Kami kuatir, jika pemkab tidak segra bersikap dan menganggap kasus bunuh diri ini sebagai hal yang biasa kondisi ekonomi seperti kenaikan BBM yang berdampak langsung terhadap masyarakat dan krisis air akan menambah daftar bunuh diri di Gunungkidul,” tandas Bekti yang juga anggota KPUD Gunungkidul.
Terpisah, Kapolres Gunungkidul AKBP Suswanto Joko Lelono menegaskan pihkanay tdak kurang-kurang untuk terus menggiatkan beberapa terobosan baru menyampaikan berbagai pendekatan melalui anggotanya ditingkat Babinkamtibmas yang bertugas di setiap desa.
“Dalam berbagai kesempatan, petugas sudah ambil peran untuk memberikan pendekatan dan penyuluhan guna menekan angka bunuh diri,” kaat Joko Lelono. Bahkan dalam banyak even dan acara di tingka local, polisi sudah menggandeng tokoh masyarakat termasuk tokoh agama untuk senantiasa difokuskan dalam penekanan kasus bunuh diri.
Pembentukan Polisi Masyarakat (polmas) atau Forum Komunikasi Polisi dan Masyarakat (FKPM) sapai tingkat kecamatan diharapkan mampu menjadi suatu upaya polisi dan masyarakat untuk berupaya membuat kasus bunuh diri lamban laun hilang. “Sampai bulan Mei ini hanya terdapat 1 kasus bunuh diri. Kita berharap ada suatu perkembangan bagus dengan turunnya kasus bunuh diri,” imbuh Joko Lelono.
Data Polres Gunungkidul dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan angkakenaikan cukup drastic. Sepanjang tahun 2004 terdapat 29 kasus bunuh diri yang didominasi dari gantung diri. Tahun 2005 ada penurunan kasus dari tahun sebelumnya yakni 26 kasus. Namun di tahun 2006 mencapia angka 28 kasus. Tahun 2007 bahkan sebagai tahun puncak bunuh diri ditemukan ada 31 kasus. Sementara sampai akhir bulan Mei 2008 atau memasukipertengahan tahun 2008 sudah terdapat 14 kasus gantung diri.
Grafis :
Tahun 2004 : 29 kasus , bulan 4 dan 8 (bulan tertinggi berdasarkan temuan kasus)
Tahun 2005 : 26 kasus , bulan 3, 4, 5 dan 9
Tahun 2006 : 28 kasus , bulan 1,3, 9, 11
Tahun 2007 : 31 kasus , bulan 1, 2, 3, 6, 7, 8, 9
Tahun 2008 : 14 kasus 1, 2, 4 (sampai akhir 31 Mei)
Sumber : Min.Reskrim Polres Gunungkidul-Mei 2008

Bantuan Stimulan Perlu Sosialisasikan

Oleh Endro Guntoro
HARIAN JOGJA

WONOSARI : Sejumlah 145.454.000 zak semen bantuan stimulan Pemkab Gunungkidul melalui Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat (sobermas) yang teLah tergulirkan ke 144 desa atau 1431 padukuhan di Kabupaten Gunungkidul diminta disertai dengan bentuk sosialisasi secara terbuka kepada masyarakat penerima bantuan.

Permintaan sosialisasi itu diungkapkan sejumlah anggota DPRD Gunungkidul menyikapi berbagai bentuk bantuan yang selama ini digulirkan ke warga sepengatahuan menjadi bantuan pribadi Bupati Gunungkidul Suharto SH.

Barid Hamroni anggoat komisi C DPRD dari Fraksi Kesatuan Umat (FKU) tegas meminta agar Sobermas memberikan sosialisasi secara terbuka. “Inipentingmengingat sepengetahuan warga di pelosok daerah bantuan yang diterima bukan dari Pemkab Gunungkidul melainkan dari pribadi Bupati,” kata politisi PKS.

Lebih jauh Barid meminta Sobermas untuk sosialisasi asal muasal bantuan stimulan sehingga tidak ada kesan ada yang berusaha ‘mlintir bantuan’. “Tak kalah penting sosialisasi petunjuk pelaksanaan penggunakan bantuan difokuskan pembangunan jalan cor blok sekaligus mendorong terciptanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa,” kata Barid.

Ditambahkan Barid selain sosialisasi, penyaluran bantuan stimulan harus tetap dilakukan pengawasan guna menghindari gejolak yang terjadi ditengah masyarakat. Pengawasan yang musti dilakukan sobermas, lanjut Barid, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pendistribusian, sampai pada pertanggungjawaban.

Ketua komisi C Bambang Eko Prabowo menyikapi penyaluran bantuan stimulan semen dan aspal di tahun 2008 ini menghimbau agar Sobermas dalam hal ini tidak hanya berperan dalam menangani pengadaan dan penyaluran saja. “Pengawasan distribusi bantuan tetap harus dilakukan sebegai bentuk tanggung jawab dari program yang digulirkan. “Dinas jangan hanya justru sekedar pihak penyedia saja, Harus secara aktif mengawal pengawasan dan pertanggungjawabannya,” kata ketua komisi C daru unsur fraksi PDIP.

Sementara itu, Slamet selaku Ketua DPRD Gunungkidul kritis menilai kenaikan harga semen di pasaraan yang sempat mengalami kenaikan selama proses pengadaan yang dilakukan pihak rekanan harusnya dikonsultasikan lebih dulu Sobermas terhadap dewan, mengingat rencana awal anggraan Rp 5 M tersebut ditargetkan bisa mendapat 160.000.000 zak semen.
“Termasuk juga untuk pengdaan jenis aspal yangharusnya mendapat 400 drum aspal hanya memperoleh 375 drum saja akibat terkena dampak penyesuaian harga dariu kenaikan BBM,” tegas Slamet.

Hapus Gerenasi Pengemis Canangkan Padat Karya


Program Padat karya telan Rp 2,1 M
Oleh Endro Guntoro
HARIAN JOGJA

GIRISUBO - Kesan program Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebagai program yang tidak mendidik masyarakata dan sekedar menciptakan generasi pengemis membuat pemkab Gunungkidul bersikap. Program padat karya tengah dilakukan pemerintah melalui Dinas tenaga kerja dan transmigrasi (disnakertran) di sejumlah titik lokasi dasa yang terisolir di Kabupaten Gunungkidul.
Tercatat, terdapat 18 desa tersebar di pelosok Kabupaten Gunungkidul dinilai layak digulirkan program padat karya di tahun 2008 ini dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap pertama, digeklar bulan April- Juni, tahap kedua bulan Juni – Agustus dan tahap ketiga bulan September-Nopember masing-masing tahap untuk enam desa terpencil.
“Program ini secara khusus mengatasi permasalahan infrastruktur desa dilokasi terpencil yangs ecara tidak langsung berdampak dalam pada pengentasa pengangguran karena melibatkan tenaga setempat yang dibayar,” kata Wasito Kepala Disnakertran Gunungkidul kepada harian Jogja disela-sela pantauan kegiatan padat karja di desa Nglindur Kecamatan Girisubo, siang kemarin.
Menurut wasito, program padat karya di 18 desa di Gunungkidul yang dinyatakan layak mendapatkan program padat karya ini menelan anggaran senilai Rp 2,1 M untuk membayar tenaga local yang terlibat.
“Prinsip kami melalui program padat karya ini ada suatu kemajuan dan pembangunan bagi desa dengan melibatkan masyarakat secara langsung yang juga berdampak pad apeningkatan penghasilan warag setempat,” tambah Wasito. Ditambahan Wasito, melalui program tersebut upah warga yang terlibat sangat bervariatif. Untuk tukang Rp 30 ribu per hari, pekerja Rp 20 ribu per hari dan ketua Kelompok Rp 25 ribu.
Dari tahap pertama mulai 12 April lalu yang kini masih berlangsung di enam desa terpisah, rata-rata untuk masing-masing desa mampu terserap terserap tenaga kerja mencapai 500 orang per desa secra bergiliran 126 orang per hari dengan volume pekerjaan pengerasan jalan sepanjang rata-rata 1,15 kilometer.
Untuk tahap pertama ini, padat karya difokuskan untuk desa Umbulrejo kecamatan Ponjong, Nglegi kecamatan Patuk, Botodayakan kecamatan Rongkop, Nglindur kecamatan Girisubo, Giricahyo kecamatan Purwosari dan Wilaged Kecamatan Karangmojo.

Grafis ///
Tahap I - Apr-Jun
Desa Volume Pekerja Realisasi Fisik Keuangan
Desa Umbulrejo Ponjong 1.150 meter 126orang/hr 84% 83,50%
Nglegi Patuk 1000 meter 126orang/hr 84% 84,13%
Botodayakan Rongkop 1.200 meter 126orang/hr 84% 84.13%
Nglindur Rongkop 950 meter 105orang/hr 42% 42.14%
Giricahyo Purwosari 1.200meter 105 orang/hr 70% 69.34%
Wiladeg Karangmojo 1375 meter 126 orang.hr 45% 44.21%
Tahap II - Jun-Agt : Natah Nglipar, Sidoharjo Tepus, Planjan Saptosari, Girisuko Ponjong, Pundungsari Semin, dan Karangmojo kecamatan Karangmojo
Tahan III - Sep-Nop : Mertelu Gedangsari, Plembutan Playen, Banjarejo Tanjungsari, Candirejo Semanu, Jurangjero Ngawen dan Gombang kecamatan Pojnong
Jenis Kegiatan : Pembuatan jalan desa
Dilaksnakan system kelompok
Upah pekerja : Rp 20.000 – Ketua Kelompok Rp25.000 – Tukang Rp 30.000,-
Anggaran : Rp 2,1 Milyar-keuangan APBD 2008 (Disnakertran)
Tahan yang digunakan untuk pembuatan jalan tidak ada ganti rugi.

Sumber : Disnakertran Pemkab Gunungkidul



Polisi Dahului Roy Suryo

Roy Suryo Terkendala Pas Foto ABG

Oleh Endro Guntoro
HARIAN JOGJA
WONOSARI : film adegan panas diduga dibintangi siswi SMP Patuk yang masih menjadi teka-teki karena hasil sempat tersebar luas dikalangan masyarakat akhirnya dibantah Kasat Reskrim Polres Gunungkidul AKP Mugiman.
“Kami menyatakan film itu tidak dibintangi siswi SMP di Gunungkidul dan bukan produk Gunungkidul seperti berita yang menyebar,’ kata Mugiman.
Mugiman menyatakan kepastian tidak terlibatnya siswi SMP di Patuk tersebut setelah pihaknya melakukan pemeriksaan fisik terhadap AS (inisial) yang semula sempat disebut-sebut membintangi adegan panas berdurasi 3 menit 40 detik terekam dalam video handycam di kamar salah satu penginapan kelas melati.
Bantahan Kasat Reskrim ini tidak seperti apa yang tengah dilakukan Roy Suryo, pakar telematika yang sejak meledaknya kabar video mesum diyakini siswi SMP Patuk langsung digandeng Polres Gunungkidul guna keperluan identifikasi dan pengusutan lebih lanjut.
Dikonfirmasi Harian Jogja, Roy Suryo mengaku masih melakukan komparasi antara hasil rekaman dan pas poto yang diserahkan anggota polisi dari Polres Gunungkidul. Roy Suryo justru mengaku upaya membantu polisi mengungkap pelaku dibalik video porno justru mengalami kendala teknis. Sampai saat ini, Roy Suryo mengalami Kendala, diamana proses komparasi antara hasil rekaman dan pasfoto kurang banyak mendapat bahan foto dari abg patuk Gunungkidul yang disebut-sebut sebagi pemain bintang porno.
“Saya mengalami kendala pada pas foto. Saya hanya diberikan satu pasphoto satu lembar dari satu arah,” ungkap pakar telematika asli Pura Pakualaman. Untuk memastikan hasil rekaman dengan hasil jepretan foto yang diterima dari petugas dari Polres Gunungkidul Roy mengaku kesulitan dengan minimnya pasfoto yang harusnya lebih dari satu lembar dan dari banyak arah pengambilan obyek wajah.
Sementara sumber terpercaya Harian Jogja di Polres Gunungkidul yang sejak awal memastikan kebenaran ABG Patuk dalam membintangi adegan video panas itu kini justru tidak berani berkomentar dan memilih no comment ketika ditemui koran ini.

Kasus TBC Naik, Bupati Terbitkan Surat Larangan Merokok

Foto : Masyarakat banyak yang tidak mengetahui bahwa 31 Mei merupakan Hari tanpa tembakau sedunia. Kalangan anak muda merasa kesulitan untuk meninggalkan kebiasaan hidup tanpa merokok. Mereka mengaku sudah menjadi pecandu berat.
(HARIAN JOGJA/ENDRO GUNTORO)


Hari Bebas Tembakau (31 Mei) Belum Dapat Direspon

Oleh Endro Guntoro
HARIAN JOGJA
WONOSARI : Hari tanpa tembakau se dunia yang jatuh pada hari ini (31/5) belum mendapat respon positif dari masyarakat. Hal itu menunjukkan posisi masyarakat penikmat rokok sudah dalam level pecandu berat.
Pantauan disejumlah kalangan anak muda, selain belum mengetahui Hari bebas tembakau 31 Mei hari ini, pecandu rokok mengaku keberatan untuk menghentikan kebiasaan mengkonsumsi asap dari tembakau rokok.
Handi salah satu pemuda warga Purbosari desa Wonosari ditemui Harian Harian Jogja, Jumat (30/5) siang kemarin mengaku tidak hafal persis kapan hari bebas tembakau se dunia diperingati. “Dengar sih pernah pernah tapi kapan saya tidak tahu,” kata Handi yang mengaku perokok berat sejak duduk di kelas I SMP di Wonosari.
Terpisah, Ridwan pemuda lain warga Sambipitu Kecamatan Patuk Gunungkidul juga mengaku kesulitan unutk berhenti dari kesehariannya menghisap merokok. “Dalam sehari sebungkus rokok bisa habis bahkan bisa lebih kalau ada lemburan kerjaan,” ungkap pegerja swasta yang mengaku selalu menenteng rokok.
Bukan saja menjadikan perokok aktif, asap rokok dipercaya membuat orang lain yang tidak merokok menjadi perokok pasif. Ervinamurti, salah satu guru SD mengaku resah dengan keberadaan perokok yang tempat umum yang acapkali menyebabkan dirinya sesak nafas. n“Saya selalu batuk saat dibus ada yang menyalakan rokok,” kata guru yang mengaku pulang pergi naik bus.
Sementara itu data yang dihimpun harian Jogja di Dinas Kesehatan Pemkab Gunungkidul menunjukkan penderita TBC di Gunungkidul dalam dua tahun mengalami peningkatan yang cukup drastis. Sejak tahun 2003 Dinkes mencatat penderita TBC di Gunungkidul rata-rata masyarakat usia produktif yakni antara 24 sampai 25 tahun.
Azis staf bagian pengendalian penyakit menular Dinkes menambahkan data 2003 sampai 2007 penderita TBC makin bertambah. Data Dinkes menunjukkan, suspect TBC sejak tahun 2003 sebanyak 460 orang dimana tahun 2003 diketahui positif TBC 11, 67 %, tahun 2004 naik menjadi 19, 53 %, tahun 2005 naik 41,61 %, tahun 2006 39,9 % dan terakhir diketahui tahun 2007 mencapai kenaikan sampai 44,9 %.
Sejak tahun 2004, kecamatan Girisubo sebagai kecamatan tertinggi ditemukan penderita TBC. Sedang ditahun berikutnya TBC sudah merata untuk semua kecamatan. Untuk tahun ini, Kecamatan Wonosari sebagai ibu kota Kabupaten Gunungkidul menempati angka tertinggi penderita TBC.
Beberapa upaya telah dilakukan Diknas Gunungkidul untuk memerangi bakteri bernama mikrobakterium tubercolusa yang penyebarannya salah satunya melalui percikan air ludah. Meski TBC rawan diderita masyarakat dari sosal ekonomi menengah kebawah namun trend TBC ditahun terakhir juga menjangkau kalangan ekonomi atas.
Melalui penyuluhan dan pemeriksaan screening aktiv, Dinkes membentuk Kader Perkumpulan Pemberantasan Tubercolusisparu Indonesia (PPTI) yang aktif melakukan pendampingan terdapat penderita TBC yang telah teridentifikasi dengan kegiatan pantauan minum obat yang dipersiapkan secara gratis. Untuk menggiatkan penyuluhan dan pendampingan terhadap masayarkat dan penderita TBC, setiap kader disiapkan adanay bonus insentif baikuntuk kader yang menemukan penderita TBC maupun berhasil menyembuhkan.
Sementara itu, Pemkab Gunungkidul melalui Surat Edaran Bupati menghimbau kepada jajaran PNS disemua SKPD untuk tidak merokok ditempat umum, khususnya pada peringatan Hari Bebas Tembakau se Dunia, hari ini.
“Kami sudah menerima surat edaran itu dan langsung kami tindaklanjuti dengan penempelan larangan larangan merokok dikomplek kantor inkom. Kami menghimbau kepada jajaran staf kami agar merokok di tempat khusu,” kata Kepala Kantor Inkom CB Supriyanto kepada Harian Jogja.

Kamis, 29 Mei 2008

Kapolda; "Anggota Berafiliasi Parpol, Semprit ! "


Bhayangkari Punya Hak Pilih dan Dipilih

Oleh Endro Guntoro
HARIAN JOGJA
WONOSARI : Kapolda DIY, Brigadir Jendral (pol) secara tegas menyatakan anggota polisi dilarang keras berafiliasi dan memihak salah satu partai politik dalam pemilu mendatang. Polisi yang sengaja atau tidak sengaja berafiliansi dengan partai politik akan kena semprit.
"Kami menegaskan sejak dini polisi berada diposisi yang netral. Kalau saya mendengar dan melihat ada anggota polisi terlibat dalam aktivitas partai maupun kampanye akanm saya semprit," tegas Kapolda DIY Brigjen (pol) … di sela acara bincang-bincang dengan Petinggi Polres Gunungkidul dan jajaran kapolsek.
Didapan Kapolres Gunungkidul AKBP Suswanto Joko Leleno, jajaran kapolsek, perwira dan anggota Polres Gunungkidul, Kapolda mengaskan posisi polisi di pesta demokrasi harus tetap pada posisi netral dan tidak memihak partai apapun. Polisi bertugas sebagai save keeper atau penjaga keamanan sekaligus pelindung masyarakat. Tugas polisi menciptakan ketertiban berlangsungnya pesta demokrasi. "Polisi harus bisa menjadi alat antisipasi kemungkinan terjadinya chaos dan keributan bahkan gontok-gontokan," tambah Kapolda pengganti Kapolda sebelumnya Brigjen (Pol) Hari Anwar kepada jajaran pejabat Polres Gunungkidul dan jajaran Kapolsek se Gunungkidul.
Untuk posisi istri polisi yang tergabung dalam organisasi Bhayangkari, menurut Kapolda, tetap memiliki hak penuh baiksebagai pemilih maupun dipilih. "Terlepas dari itu tetap ada ketentuan yang mengatur bagaiamana anggota bhayangkari yang terlibatan langsung dalam kancah politik bukan mewakili institusi dan organisasi namun sebgai diri pribadi," kata polisi pangkat bintang satu ini.
Pada acara seremonial dengan Kapolda DIY, beberapa anggota diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk memberikan saran, masukan dan pertanyaan mengenai apapun guna peningkatan kualitas pelayanan tugas polisi.
Aiptu Pariyadi, belasan tahun bertugas di baguan taud Polsek Ponjong ini berharap Polisi masa kini juga berperan selain pelindung dan pengayom masyarakat juga mengedepankan aspek pendidik. Paryadi mencontohkan dalam bertindak mengadapi pelanggar lalu lintas bisa lebih mengedepankan aspek pendidikan sebelum memutuskan pilihan untuk memberi tilang. "Pengalaman kami di lalulintas dulu itu justru lebih mengena, dan tidak begitu menimbulkan kebencian masyarakat terhadap korp polisi," kata Pariyadi.
Hal lain juga diungkapkan anggota Babinkamtibmas Polsek Rongkop yang berdekatan dengan perbatasan kabupaten Wonogiri. Dalam kesempatan berhadapan dengan komandannya, anggota Babinkamtibmas terawet di Gunungkidul meminta pelayanan kemudahan bagi masyarakat terkait urusan apapun. "Kami yang menjadi babin dan mau tidak mau berhadapan langsung dengan masyarakat kadang yang terkena sentil masyarakat lebih dulu. Untuk itu pelayanan apapun harus menghilangkan kesan dipersulit," katanya.
Menanggapi masukan anggota tersebut, Kapolda memberikan apresiasi. Pihaknya menegaskan, lembaga apapun yang memiliki diskresi hanyalah kepolisian. Meski hal itu tidak dibenrkan untuk disalah sartikan, namun dengan memahami, mengerti dan memaknai arti diskresi polisi diharap mampu mempertimbangan segala sesuatu keputusan dengan melihat faktor kepentingan yang lebih luas.

Dewan Minta Agustus Kades Bayaran

Oleh Endro Guntoro
HARIAN JOGJA

WONOSARI – Setelah perda yang mengakut kedudukan dan keuangan desa ditetapkan Rabu (27/5) dewan mendesak agar perda itu segera direalisasikan. Paling tidak selambat-lambatnya bulan Agustus mendatang kepala desa (kades) sudah harus bayaran. Pernyataan itu disampaikan Ketua Fraksi PDIP Supriyo Hermanto kepada Harian Jogja.
“Iniharu ssegera dipikirkan eksekutif untuk menyiapkan perubahan APBD guna menyikapi kondisi dan nasib kades saat ini,” tegas Polisii PDIP yang akrab dipanggil Manto, siang kemarin.
Manto menilai perda yang sudah ditetapkan menjadi salah satu komitmen bersama baik dewan dan eksekutif untuk memikirkan kesejahteraan kades dan perangkat desa. “Kamisudah dapat banyak banyak pertanyaan kapan perda tersebut muali direalisasikan,” imbuh Politisi asal Baran Rongkop ini.
Pernyataan senada juga diungkapkan anggota fraksi kesatuan Umat (FKU) Moh. Arief Darban ditemui terpisah Harian Jogja. Menurut Darban politisi PPP ini realisasi dan kejelasan dari pemkab perlu segera di sampaikan secara terbuka agar kades dan perangkat tidak kunjung bertanya-tanya. “Hal itu penting agar kades dan perangkatnay diberikan jaminan. Mengingat dengan ditetepkan perda desa itu belum ada kepastian untuk realisasinya, “ jelas Darban.
Pentingnya memberikan jaminan kepastian terhadap perangkat desa atas penghasilan yang akan diberikan, lanjut Darban, sebagaikeharusan mengingat mulai bulan Juni hingga Juli mendatang tengah musim orangtua menyekolahkan anak-anaknya. “Dengan memberikan kepastian maka akan sedikit membantu perangkat dan kades bisa tennag menghadapi cos anggaran menyekolahkan anak dibulan depan ini,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua DPRD Gunungkidul, Slamet menyatakan hal yang tak jauh beda. Sejak dini eksekutif diminta untuk segera menyiapkan tahap perubahan untuk beberaap mata anggaran dalam APBD 2008. “selain penting untuk realisasi penghasilan kades, APBD perubahan bisa membatu program-program lain bisa terlaksana paska kenaikan BBM yang otomatis berdampak paad kos anggraan yang lainnya,” kata Slamet.

156 Telaga Gunungkidul Mulai Kerring



55 lokasi sungai bawah tanah optimis atasi kekeringan

Oleh Endro Guntoro
HARIAN JOGJA
GUNUNGKIDUL – Memasuki musim kemarau 156 telaga yang tersebar di Kabupaten Gunungkidul sudah menunjukkan krisi air. Telaga di sejumlah loaksi bahkan sudah tidak lagi menyimpan air. Hanya sekitar 15 telaga yang masih terdapat air meski airnya sudah tidak layak dikonsumsi karena berwarna keruh.
Pernyataan itu disampaikan CB Supriyanto selaku kepala Kantor Informasi dan Komunikasi (inkom) Pemkab Gunungkidul kepada Harian Jogja.
"Meski hanay tingal 10 persen dari 156 telaga yang ada namun kondisi airnya sudah tidak layak dikonsumsi lagi," kata Supriyanto. 15 telaga yandari 156 telaga yang sudah tidak lagi menyimpan air tiga diantraanay adalah telaga Jonge dan telaga Semanu di kecamatan Semanu dan telaga Trowono di kecamatan Saptosari.
Namun demikian hal itu menurut Kepala Inkom tidak menjadi persoalan berarti karena pemkab Gunungkidul sudah menyiapkan pelayanan melakukan droping air ke sejumlah wilayah desa yang dirasa sudah mengalami kekringan. "Saat ini armada tangki milik pemkab sudah di stanbykan di sejumlahkantor kecamatan terdekat. Bahkan sudah disediakan anggaran melalui kecamatan setempat untuk mempercepat akses dropping air," kata kepal aInkom yang akrab dipanggil pak CB ini.
Terpisah, Sugeng Pratopo selaku Kepala Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat (sobermas) mengaku hingga saat ini pihaknya baru mendapatkan pengajuan droping air untuk dua desa di kecamtan Tanjungsari. Dua desa tersebtu lantaran sebelumnya tidak masukdalam prediksi dan rencana program droping air bagi wilayah krisi air.
"Dau desa satu diantaranya Hargomulyo akhirnya akan kita back'up karena tidak tercover anggaran kecamatan karena baru tahun ini terlihat mengalami krisi yang lebih dari tahun sebelumnya," kata Sugeng Pratopo.
Sementara itu, pantauan Harian Jogja, beberapa telaga jusru nampak ditanami tanamana karena sudah tidak ada airnya lagi sejak awal masa tanam kacang lalu. Kondisi itu terlihat di beberapa titik telaga di kecamatan Panggang yang kini beralih menjadi lahan pertanian. "Keringnya telaga ini sudah sejak lama awal tahun lalu dan kini beralih ditanami kacang," kata Slamet Rayahu salah satu pengurus karangtaruna warga Panggang kepada HarJO, kemarin.
Pemandangan yang tak kalah beda juga didapatkan di telaga masuk Kecamatan Semanu yang kini dibiarkan telaga kering ini justru menjadi tempat bermain sepek bola karena tidak lagi setets air. Sepeti tahun biasanya, kalau saat telaga asat. Kita gunakan sepak bosa saja mas," ungkap Rahmad salah satu siswa SMP Semanu tak juah dari lokasi telaga Semanu.
Telaga Budegan terletak di Jalan Wonosari- Nglipar tepatnay di dusun Budegan Piyamn kecamatan Wonosari tidak lagi menyimpan air untuk difungsikan warga. Air yangterdapat di telaga Budegan tinggal tinggi mata kaki anak-anak. Ketika ditemui Harian Jogja beberapa waktu lalu, Nining, Bela, Agus siswa SD mengakui sudah lama telaga mengalami kekering an karena tidak turun hujan.
Gunungkidul simpan 55 lokasi kantong air terbesar
Sementara itu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Gunungkidul memastikan Kabupaten Gunungkidul sebenarnya menyimpan sekitar 55 sungai bawah tanah yang potensial untuk mengatasi kekeringan yangmelanda tahunan ini. 55 lokaksi kantong air itu kini sudah dipetakan di beberapa kecamatan secaraterpisah dan merata.
"kami sudah pernah memiliki data titik kantong air dan sungai bawah tanah yang sudah dinyatakan air yang tersimpan layak dikonsumsi," kata Suwanto petugas di bagian sarana dan prasarana Bappeda kepada Harian Jogja, siang kemarin.
Dari 55 lokasi itu, menurut Suwanto, sudah ada lima titik yang sudah berhasil air di sungai bawah tanha sudah bisa diangkat dan bisa beroperasi. Lima titik itu adalah di kecamatan Semanu diantaranya Bribin I di desa Dadap ayu, sistem Seropan di desaq Ngeposari, dan Bribin II yang kini tengah dikebut. Sedang dua lainnya di Baron masuk Kecamatan Tanjungsari dan Ngobaran di Pantai Renean Saptosari.
Menurut Suwanto, sungai dibawah yang tersimpan di Gunungkidul, sedikitnya butuh pengeboran dalam kedalaman sekitar 104 meter kestabilan air diangkat bakal mengentaskan kekeringan yang melanda Gunungkiudl setiap tahun. "Namun lahi-lagi butuh dana besar untuk merealisasikan hal itu. Dan kita terus mencari investor yang siap menggarap," tambah Wanto.